Kata Ahli Bedah Bisnis Indonesia Tentang PTFI

14 September 2015

Salah seorang ahli bedah bisnis Indonesia, Rhenald Kasali diundang berkunjung ke pegunungan tertinggi Indonesia. Beliau berkesempatan mengunjungi Tambang Terbuka Grasberg, area Concentrating dan tambang bawah tanah Deep Mill Level Zone (DMLZ). Dalam kunjungannya beliau menyampaikan bahwa sudah terlalu banyak informasi yang kurang tepat beredar mengenai PT Freeport Indonesia (PTFI) dan tambangnya di Papua. Sebagai seorang akademisi, beliau menyatakan bahwa sudah saatnya warga Indonesia dididik tentang pertambangan dan PTFI; bukan sekedar mengedarkan sebuah tulisan tanpa kejelasan sumber informasi tersebut.

Berbincang dengan beliau, penulis terkejut dengan begitu banyak hal yang diamatinya selama berkunjung ke area kerja PTFI. Dimulai dari apa kebutuhan yang diperlukan demi menjalankan operasi berskala besar di area terpencil ini, kerjasama dengan berbagai pihak dari perakitan kendaraan yang digunakan, hingga pelatihan kepada karyawan sesuai dengan area kerja masing-masing. “Sebagai pengamat perekonomian dan bisnis, saya baru kali ini tidak hanya takjub akan keindahan alam di dataran tinggi area kerja PT Freeport Indonesia. Melainkan saya takjub melihat karyawan yang gigih bekerja dengan penuh tanggung jawab dan juga sangat ramah”, ujar beliau ketika ditemui.

PTFI di Bawah Pengamatan Rhenald Kasali

Dengan kunjungan Rhenald Kasali, beliau sangat yakin rumor yang beredar mengenai PTFI hanyalah sebuah rumor. Sebab hasil pengamatannya menyatakan bahwa terjadi kolaborasi yang begitu dahsyat antara berbagai negara, dan antara berbagai suku di Indonesia demi kemakmuran bersama. “Selama bertahun-tahun kita tidak memiliki sumber daya manusia yang ahli di bidang ini, selama bertahun-tahun kita tidak miliki teknologi canggih yang dapat menambang sumber daya alam yang tersedia, kita perlu experience (pengalaman) atau para ahli, kita perlu kerjasama untuk mengangkat kemakmuran bangsa ini”, tuturnya dalam perbincangan dengan penulis. Indonesia baru-baru ini mulai memiliki yang namanya entrepreneur, dahulu Indonesia tidak memiliki hal tersebut.

Entrepreneur adalah orang yang dapat mengambil risiko, memberikan modal usaha untuk mengeksplor hal yang diduga-duga ada. Ini membutuhkan nyali, siapa sih yang berani bertaruh modal yang besar tanpa mengetahui apakah akan mendapat keuntungan? Cukup lama Indonesia tidak miliki hal ini, dan dengan awal kerjasama Freeport McMoRan hasilnya Indonesia semakin makmur – cara berpikir warga RI pun jadi meluas dan tidak terbatas. Hal ini terbukti dengan statistika jumlah karyawan warga negara Indonesia (WNI) yang bekerja di PTFI – saat ini 97,5 % karyawan PTFI adalah WNI, prestasi yang tidak gampang diperoleh.

Yang menjadi bahan pertimbangan adalah sudah berapa tahun kah PTFI didirikan; dibutuhkan berapa lama hingga SDM perusahaan ini lebih banyak WNI dibandingkan warga negara asing (WNA). Kemudian bagaimana caranya mempersingkat waktu tersebut untuk pembangunan SDM daerah, khususnya warga lokal Papua. Beliau menegaskan bahwa untuk perkembangan dan pembangunan daerah ada garis yang amat tipis antara pemerintah daerah dan perusahaan besar yang didirikan di daerah tersebut, dalam hal ini diperlukan kerjasama yang baik. Menurut beliau sarana yang didirikan PTFI jauh melebihi pertambangan di daerah lain di Indonesia. Tidak banyak perusahaan yang mau mendirikan bandar udara, sekolah, gereja, mesjid dan rumah sakit untuk kebutuhan karyawan maupun warga lokal.

Perusahaan dan pemerintah adalah mitra, demi perkembangan dan kemajuan bangsa dan negara kita, mitra ini harus dapat bekerjasama dengan baik untuk mencapai kesuksesan dan kemakmuran bersama. (imarischa)

Back to List

Berita Selanjutnya

Other 1
06 January 2017

PT Freeport Indonesia hari ini menyerahkan bonus juara sebesar 1 Milya...

09 January 2017

PT Freeport Indonesia (PTFI) hari ini menerima piagam rekor dunia dari...